Panen Devisa! Jurus Jitu Dongkrak Ekspor Pertanian RI

Rachmad

14 Agustus 2025

2
Min Read
 Panen Devisa! Jurus Jitu Dongkrak Ekspor Pertanian RI

Ekonesia Ekonomi – Sektor pertanian Indonesia menunjukkan ketangguhannya di tengah gejolak ekonomi global, menjadi andalan ekspor yang menjanjikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor komoditas pertanian pada 2022 mencapai US$44,44 miliar, naik 3,2% dari tahun sebelumnya, dengan surplus neraca perdagangan US$18,62 miliar.

Namun, semester I 2023 menunjukkan dinamika berbeda. Volume ekspor pertanian melonjak 12,9%, tetapi nilainya justru merosot 17,8% menjadi US$22,67 miliar. Penurunan ini mengindikasikan adanya pelemahan harga dan tantangan dalam daya saing produk pertanian Indonesia di pasar internasional.

 Panen Devisa! Jurus Jitu Dongkrak Ekspor Pertanian RI
Gambar Istimewa : img.antaranews.com

Pasar ekspor utama masih didominasi oleh negara-negara Asia dan blok ekonomi besar. India, China, Pakistan, dan Amerika Serikat menjadi tujuan utama ekspor crude palm oil (CPO). India dan AS juga menjadi pasar penting untuk kakao, sementara China, India, dan AS menjadi tujuan utama ekspor karet. Rempah-rempah Indonesia banyak diminati di China, AS, India, Vietnam, dan Belanda.

Kebijakan perdagangan proteksionis, seperti tarif impor yang diterapkan AS pada era pemerintahan Trump, sempat menjadi batu sandungan bagi komoditas unggulan Indonesia, termasuk kelapa sawit, karet, kopi, dan kakao. Selain itu, kebijakan antidumping biodiesel dan regulasi deforestasi Uni Eropa (EUDR) juga menambah tantangan bagi ekspor pertanian Indonesia.

Tren pasca-pandemi menunjukkan peningkatan proteksionisme global. Negara-negara G20 memberlakukan pembatasan impor senilai US$2,328 triliun atau 9,4% dari total impor dunia hingga 2024. Pembatasan ekspor pangan dan pupuk selama konflik Ukraina juga memperparah pasokan global.

Namun, di tengah tantangan ini, terbuka peluang baru bagi Indonesia. Kekayaan sumber daya alam, seperti rempah-rempah, buah tropis, dan tanaman herbal, dapat dimanfaatkan untuk memasuki pasar organik dan bersertifikat. Permintaan terhadap produk pertanian berkelanjutan dan bersertifikasi, termasuk produk halal dan organik, meningkat pesat di Timur Tengah dan Asia Selatan.

Perjanjian perdagangan baru, seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), dan potensi Free Trade Agreement (FTA) dengan Uni Eropa dan Inggris, juga membuka akses ke pasar global yang lebih luas.

Untuk memaksimalkan potensi ekspor pertanian, Indonesia perlu melakukan diversifikasi pasar, mempercepat penyelesaian perjanjian dagang, memperkuat diplomasi ekonomi, fokus pada hilirisasi dan peningkatan nilai tambah, serta memperkuat standar mutu dan keberlanjutan.

Pemerintah perlu mendorong industrialisasi komoditas dalam negeri agar tidak hanya mengekspor bahan mentah. Pengembangan industri minyak goreng bermerek, kopi bubuk premium, cokelat olahan, karet sintetis, serta produk turunan rempah seperti minyak atsiri dan herbal, akan meningkatkan devisa, menyerap tenaga kerja, dan mengurangi ketergantungan pada harga komoditas mentah yang fluktuatif.

*) Kuntoro Boga Andri, Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Ditjenbun, Kementerian Pertanian. Artikel ini adalah pandangan pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan resmi Kementerian Pertanian.

Ikuti kami di Google News

Tinggalkan komentar

Related Post