Ekonosia Olahraga – Manchester United menghadapi musim krusial dengan ekspektasi tinggi. Setelah finis di posisi ke-15 yang memalukan dan tanpa gelar musim lalu, tekanan besar berada di pundak pelatih Ruben Amorim. Manajemen klub tak tanggung-tanggung menggelontorkan dana sekitar 200 juta poundsterling (sekitar Rp 4,37 triliun) untuk memperkuat lini serang. Kegagalan membawa perubahan signifikan bisa berakibat fatal bagi karir Amorim di Old Trafford.
Musim lalu menjadi mimpi buruk bagi Manchester United. Finis di urutan ke-15 menjadi tamparan keras yang membangunkan para petinggi klub, pemain, dan tentu saja para suporter. Kini, harapan tak muluk-muluk, yang terpenting adalah tidak lebih buruk dari musim sebelumnya. Kondisi ini bisa menjadi kesempatan bagi Amorim untuk fokus membenahi tim, apalagi tanpa beban kompetisi Eropa.

Amorim datang bukan hanya sebagai pelatih, tetapi juga sebagai "pemadam kebakaran". Ia langsung membersihkan pemain yang dianggap tidak memiliki mentalitas yang tepat. Kini, ia memiliki skuad yang diyakini mampu mewujudkan ambisinya.
Dua rekrutan mahal, Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo, diharapkan menjadi solusi atas masalah kreativitas dan produktivitas gol yang menghantui United musim lalu. Dengan hanya mencetak 44 gol dari 38 pertandingan Premier League, kedatangan Cunha dan Mbeumo menjadi angin segar. Selain itu, Benjamin Sesko didatangkan dari RB Leipzig dengan harga 73,3 juta poundsterling (sekitar Rp 1,60 triliun) untuk mempertajam lini depan. Tekanan besar kini berada di pundak trio lini depan baru ini.
Performa kandang yang buruk musim lalu, dengan hanya tujuh kemenangan dari 19 pertandingan, menjadi catatan yang harus diperbaiki. Laga pembuka melawan Arsenal akan menjadi ujian pertama untuk melihat apakah perubahan yang dilakukan Amorim mulai membuahkan hasil.
Kedatangan Amorim di tengah musim dengan membawa ide formasi 3-4-3 menjadi tantangan tersendiri. Meskipun diberi kebebasan untuk bereksperimen, Amorim kini dihadapkan pada realitas finansial yang membatasi perombakan tim secara total. Jika performa tim tidak membaik, ia mungkin harus mengorbankan idealismenya demi hasil, atau menghadapi risiko pemecatan.
Setelah pemangkasan biaya dan PHK, klub berusaha mencapai stabilitas finansial. Namun, hal ini berdampak pada moral staf yang bertahan. Ketidakikutsertaan dalam kompetisi Eropa juga menimbulkan kekhawatiran finansial. Sementara itu, kenaikan harga tiket dan pemindahan tempat duduk membuat para suporter geram.
Harapan besar kini tertumpu pada Matheus Cunha. Gelandang serang asal Brasil ini diharapkan menjadi motor kreativitas dan kecepatan serangan tim. Namun, ia juga harus mampu mengendalikan emosinya agar tidak merugikan tim.
Selain itu, Chido Obi, pemain muda yang dipromosikan dari akademi, menunjukkan potensi yang menjanjikan. Dengan torehan 14 gol di berbagai level umur, ia siap membuktikan diri di tim utama.
Musim ini juga menjadi momen penting bagi Kobbie Mainoo. Setelah sempat menjadi pemain reguler, ia harus mampu beradaptasi dengan skema baru Amorim. Jika tidak, bukan tidak mungkin ia akan dilepas.
Tinggalkan komentar