Ekonesia Ekonomi – Penandatanganan Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA) dinilai sebagai langkah strategis untuk membuka keran ekspor baru ke wilayah Amerika Latin. Ekonom dari Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti), Piter Abdullah, menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor agar Indonesia tidak hanya bertumpu pada segelintir negara mitra dagang.
Piter Abdullah mengungkapkan, ketergantungan Indonesia selama ini pada negara-negara seperti China, Amerika Serikat, Eropa, dan India, menjadi perhatian tersendiri. Pengalaman dengan kebijakan tarif ala Trump, menurutnya, membuka mata akan perlunya memperluas jaringan mitra dagang. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers Laporan Riset Ekonomi Digital di Jakarta, Selasa.

Diversifikasi pasar, lanjut Piter, akan menyehatkan komposisi perdagangan Indonesia. "Sehingga kita memiliki komposisi (perdagangan) yang lebih sehat. Kita enggak bergantung kepada satu negara. Diversifikasi, dan itu memang tidak akan mudah. Tapi setidak-tidaknya buka pintu (pasar) itu harus kita lakukan dulu," tegasnya.
Data tahun 2024 mencatat total perdagangan Indonesia dengan Peru mencapai 479 juta dolar AS. Ekspor Indonesia ke Peru tercatat sebesar 329,4 juta dolar AS, sementara impor dari Peru sebesar 149,6 juta dolar AS.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Peru meliputi sepeda motor, mobil, alas kaki, dan minyak kelapa sawit. Sebaliknya, impor utama Indonesia dari Peru meliputi kakao, berries, pupuk, dan produk pertanian lainnya.
Tinggalkan komentar