Ekonesia Ekonomi – Bank Indonesia (BI) membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengisyaratkan hal ini dalam konferensi pers KSKK, Senin lalu, dengan catatan mempertimbangkan dinamika ekonomi global dan domestik.
BI melihat ruang untuk pelonggaran moneter lebih lanjut didukung oleh ekspektasi inflasi rendah di 2025-2026, stabilitas nilai tukar Rupiah, dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Perry menegaskan, besaran dan waktu penurunan BI-Rate akan disesuaikan dengan perkembangan ekonomi global dan domestik.

Untuk menjaga stabilitas Rupiah, BI terus melakukan intervensi di pasar valuta asing, termasuk pasar off shore non-delivery forward (NDF), transaksi spot, dan domestic non-deliverable forward (DNDF). Intervensi ini dilakukan secara berkelanjutan sejak 7 April lalu di berbagai pasar keuangan global.
BI memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Kebijakan moneter tidak hanya fokus pada stabilisasi nilai tukar, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penurunan suku bunga, ekspansi moneter, dan pembelian SBN dari pasar sekunder.
Dalam kebijakan makroprudensial, BI meningkatkan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong kredit perbankan ke sektor prioritas. Total insentif KLM yang telah disalurkan mencapai Rp376 triliun hingga minggu pertama Juli 2025. Selain itu, BI juga meningkatkan Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN) dan menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM).
Dari sisi sistem pembayaran, BI berupaya menopang pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, penguatan infrastruktur, dan konsolidasi struktur industri sistem pembayaran.
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juli, BI telah memangkas BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen. Ini merupakan penurunan BI-Rate ketiga sejak awal tahun 2025, masing-masing sebesar 25 bps pada Januari, Mei, dan Juli. Informasi ini dilansir dari ekonosia.com.
Tinggalkan komentar