Ekonesia Market – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui jumlah perusahaan yang melantai di bursa saham melalui Initial Public Offering (IPO) pada semester pertama tahun ini tidak seramai tahun lalu. Hingga bulan ini, baru 22 emiten baru yang tercatat, jauh di bawah angka 41 perusahaan yang IPO sepanjang tahun 2024. Meski demikian, BEI tetap optimistis mencapai target IPO tahun ini dan terus berupaya menarik minat perusahaan untuk go public.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menegaskan komitmen bursa untuk meningkatkan jumlah dan kualitas perusahaan tercatat melalui program pengembangan dan edukasi berkelanjutan. Program ini bertujuan memastikan seluruh pemangku kepentingan memahami informasi dan persiapan terkait IPO.

BEI secara proaktif mendampingi perusahaan dalam mempersiapkan IPO melalui berbagai inisiatif, seperti workshop, coaching clinic, pertemuan tatap muka, dan networking event yang mempertemukan pelaku usaha dengan profesional pasar modal. Inisiatif ini diharapkan mempermudah akses perusahaan ke ekosistem pasar modal dan mempercepat transformasi mereka menjadi perusahaan terbuka. BEI juga bekerja sama dengan berbagai instansi, baik swasta maupun pemerintah, asosiasi pengusaha, perbankan, dan lainnya dalam kegiatan edukasi.
Selain edukasi IPO saham, BEI juga mengadakan edukasi terkait penerbitan sukuk, obligasi, dan instrumen efek lainnya untuk meningkatkan instrumen investasi di pasar modal. Keputusan untuk menjadi perusahaan terbuka merupakan aksi korporasi strategis yang memerlukan pertimbangan matang. Keberhasilan IPO tidak hanya ditentukan oleh struktur dan momentum pasar, tetapi juga kesiapan internal perusahaan, termasuk kinerja keuangan yang solid, tata kelola perusahaan yang baik, kualitas manajemen yang andal, dan equity story yang meyakinkan.
Sebelumnya, Nyoman menjelaskan bahwa perusahaan yang sedang mempersiapkan IPO pada paruh kedua tahun ini membutuhkan waktu untuk menutup laporan keuangan semesteran. Faktor-faktor seperti pemutakhiran data, pembaharuan laporan keuangan, perbaikan data, atau penolakan oleh BEI dapat menyebabkan perusahaan keluar dari pipeline IPO.
Hingga Juni 2025, tercatat 14 perusahaan IPO di BEI dengan total penggalangan dana mencapai Rp 6,69 triliun. Meskipun jumlah IPO turun 44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai penggalangan dana justru lebih besar 87,92%. BEI menargetkan 66 perusahaan melantai perdana di bursa tahun ini. Sebagai perbandingan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada 17 perusahaan IPO pada paruh kedua tahun lalu, sehingga totalnya 42 perusahaan IPO sepanjang 2024 dengan nilai Rp 16,68 triliun. Data dari ekonosia.com menunjukkan bahwa BEI terus berupaya mencapai target tersebut dengan berbagai strategi dan inisiatif.
Tinggalkan komentar